Cinta Buta Pedas

08.17 1 Comments A+ a-


Sinar mentari menyambutku saat sedikit demi sedikit mataku membuka. Terimakasih Tuhan atas karuniaMu, hari ini aku masih bisa bernapas. Setelah nyawaku terkumpul, kusiapkan diriku untuk berangkat ke sekolah dasar yang letaknya sangat dekat dari rumahku.
Ceria. Itulah suasana pagi hari ini yang membuatku semakin semangat untuk pergi ke sekolah. Hari ini aku diberi uang saku dua ribu untuk jajan. Lumayan, bisa dapat siomay dan sosis goreng yang berlumuran saus merah pedas. Yuumm.
Pelajaran hari ini tidak terlalu lama karena hari ini adalah hari Jumat yang merupakan hari pendek. Selesai sekolah teman-temanku mengajakku untuk membeli cemilan di warung-warung yang ada di depan sekolah.
"Ilya, kamu ikut aku yuk, ke warung soto!" seru salah satu temanku, Julianti alias Junti. Yang dimaksud soto di sini adalah kuah kaldu sapi yang diberi kubis dan kerupuk. Entah bagaimana makanan seperti itu bisa disebut soto. Ah sudahlah, tidak penting. Yang penting sekarang aku harus mengisi perutku yang keroncongan. Kuikuti langkah Junti ke tempat seorang ibu setengah baya yang duduk manis di depan kompor minyak yang sedang merebus kaldu yang baunya, hmmmmmm lebih harum dari parfume manapun!
            Aku akhirnya menukar uang seribuanku dengan semangkuk kecil soto yang sangat pedas. Ya, aku memang pecinta pedas. Rasanya ada yang tidak pas ketika aku tidak merasakan pedas pada suatu makanan. Kumakan soto itu dalam keadaan masih panas, uapnya mengepul, sambil sesekali bertukar cerita dengan Junti. Aku yang  pertama selesai makan soto. Jadi daripada bengong melihat Junti yang masih asyik makan soto, mending aku beli makanan lain. Kali ini aku beralih ke deretan sosis dan nuget yang warna-warni juga beragam bentuk. Aku beli dua, yang satu sosis warna merah, yang satu tiruan paha ayam goreng yang terbuat dari gandum. Setelah itu, kutuang saus oranye cerah sebanyak-banyaknya sehingga sosis itu terlihat seperti sup. Kumakan dengan lahap semua makanan itu. Aku pernah lihat di televisi kalau sosis warna-warni semacam ini sangat berbahaya dikonsumsi. Apalagi saus oranye cerah yang entah dibuat apa. Tapi, aku sama sekali tidak peduli dengan itu semua. Kecintaanku kepada makanan dan rasa pedas telah membutakanku. Cinta buta!
Selepas makan ria, aku akhirnya pamit pulang kepada Junti, "Jun, aku pulang dulu ya. Jangan lupa kangenin aku ya."
"Sana pulang! Buat apa aku kangen sama kamu!"
"Ngga usah pake emosi kali!"
Sambil jalan ke rumah, aku cekikian mengingat wajah Junti yang lagi sewot. Tapi, tiba-tiba rasa tidak enak menyerang perutku. Perutku terasa memilit. Segera aku lari ke rumah.
Sampai di rumah aku langsung menjatuhkan diriku ke kursi.
"Arrrgh, sakit banget! Ibu! Ibu! Perutku sakit." Aku berteriak dengan mengerang kesakitan. Kulihat ibuku lari menghampiriku dengan tergopoh-gopoh.
"Ada apa, Ilya?" tanya ibu dengan penuh cemas.
"Perutku sakit banget, Bu."
Tanpa terasa air mata mulai mengalir dari mataku. Rasa sakit diperutku makin lama tidak dapat kutahan. Sampai-sampai kakiku menendang tidak tentu arah. Aku seperti orang kesurupan. Tak lama, sebuah mobil datang. Pamanku datang menhampiri dan langsung menggendongku. Aku ditidurkan di jok mobil bagian tengah. Tangisanku belum juga berhenti.
Tenyata aku dibawa ke rumah sakit daerah yang ada di kotaku. Para perawat menyambutku dengan kasur rumah sakit yang sudah siap di pintu masuk UGD. Ketakutanku semakin bertambah, ketika di UGD aku melihat berbagai orang dengan penyakit beragam sedang mengerang kesakitan. Tangisanku semakin parah. Namun, tak lama, datang seorang dokter pria yang wajahnya seperti orang Arab. Dia menanyakan keluhanku yang dijawab oleh orang tuaku.
          Aku sudah tidak terlalu sadar ketika aku dibawa ke salah satu ruangan tempat opname. Di ruang itu aku diberi tahu bahwa aku terkena gejala tipus dan mag. Gejala tipus disebabkan karena makananku sembarangan dan tidak sehat. Sedangkan Mag disebabkan karena pola makanku tidak teratur, seenaknya. Untung saja tidak ada jarum infus yang masuk ke kulitku.
2 hari aku di rawat di rumah sakit. Di sana makanannya hanya ada bubur dan sayuran. Dokter mengatakan kalau aku harus makan bubur setiap hari, tidak boleh nasi. Aku juga tidak diperbolehkan memakan makanan pedas dan asam untuk waktu 2 bulan. Tentu saja aku mengikuti saran dokter. Selain karena aku menaati semua pantangan yang ada, aku juga rajin minum obat yang diberikan. Rajin dalam kamusku yaitu, dibentak-bentak, diseret-seret dulu baru mau,
Sekarang aku sudah berada di sekolah menengah pertama. Penyakitku selama ini belum pernah kambuh. Tapi suatu hari aku merasakan gejala yang sama seperti saat dulu aku sakit tipus. Maka aku langsung dibawa ke dokter umum yang ada di dekat rumahku.  Ternyata aku sakit radang usus, hampir menyerupai tipus. Aku sakit lagi karena kecintaanku pada pedas muncul lagi. Dokter menyarankan agar aku mengurangi kadar kecintaanku pada semua makanan yang bercita rasa pedas. Sebenarnya kata teman-temanku, aku bukan lagi memakan makanan yang pedas, tapi amat-sangat-pedas-banget-sekali. Tapi aku tidak mengatakan hal itu pada dokter.
             Dari semua pengalamanku itu, sepertinya aku harus mengurangi memakan makanan yang pedas. Tapi sangat susah. Sudah kucoba, tapi gagal. Namun, kini aku lebih sering makan makanan yang pedas saja, bukannya amat-sangat-pedas-banget-sekali.

Kenalan, boleh?

08.03 0 Comments A+ a-

     So, this is it. Ma first blog!!!!! Yep, ini adalah blog pertama gue. Niatnya sih di blog ini mau nge-post hal-hal absurd dalam hidup gue. Jangan heran kalau nanti menemukan tulisan campur aduk Indonesia-English-Jawa-474Y. Dan jangan kaget kalau gue banyak nge-post tentang makanan. Because aku love panganan (re: gue cinta food). Kalau gue post cerpen, gue bakal pake nama fiksi kok. So, calm down buat temen-temen gue yee.
     Oh yess, sampai forget nih. Just call me Nurisa aka Inyol. Gue sih cuma berharap blog ini ada gunanya buat para readers. Semoga juga bisa bantu jadi bahan copas-an kalo ada tugas #eh